Minggu, 27 Februari 2011

Resume: KEGIATAN PEMBELAJARAN (Learning activities), Murray Print.

PEMBAHASAN


KEGIATAN PEMBELAJARAN
(Learning activities)

Kegiatan utama bahkan jantungnya kurikulum ada pada aktifitas belajar yang direkayasa sedemikian rupa sehingga isi kurikulum yang disusun serta tujuan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik. Aktifitas belajar sering juga diistilahkan dengan proses belajar mengajar. Maka dalam melaksanakan proses belajar mengajar akan melibatkan banyak unsur baik siswa, guru, media yang dipergunakan, pilihan metode, strategi, pendekatan, penciptaan lingkungan belajar yang dinamis, pengaturan dan pengelolaan kelas dan lain sebagainya. Zais menyatakan bahwa aktifitas belajar adalah jantungnya kurikulum karena akan berpengaruh terhadap pembentukan pengalaman belajar pada siswa.
Bab ini akan membahas istilah kegiatan belajar, memeriksa berbagai belajar-mengajar sesuai strategi yang tersedia untuk dimasukkan dalam kurikulum, garis besar model untuk memilih kegiatan pembelajaran, dan menganalisis bagaimana kegiatan pembelajaran dapat diatur dalam kurikulum. Dalam melaksanakan tugas-tugas penting pengembang kurikulum yang mencerminkan pada model pengembangan kurikulum yang digunakan (seperti yang dianjurkan dalam bab 3), dan untuk mengintegrasikan unsur-unsur kurikulum tentang maksud dan isi dengan kegiatan belajar.
Kesempatan belajar, kegiatan belajar, pengalaman belajar, strategi belajar-mengajar dan metode adalah istilah yang sering digunakan secara bergantian untuk menjelaskan apa yang guru lakukan dalam memfasilitasi pembelajaran siswa. Artinya, bagaimana guru menanamkan materi dan menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk mendapatkan materi tersebut. Sebuah cara yang sedikit berbeda untuk mengungkapkan konsep ini adalah untuk melihatnya sebagai kesempatan yang ditawarkan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan lain.
Sementara pendidik sering menggunakan istilah sinonim di atas, perbedaan semakin jelas dalam literatur, menekankan perbedaan antara maksud dan hasil. Kesempatan Belajar dan kegiatan belajar menekankan apa yang ditawarkan kepada peserta didik, sedangkan pengalaman belajar menunjukkan hasil apa dari kegiatan tersebut. Harapan yang diinginkan adalah ada kesesuaian lengkap antara peluang, kegiatan dan pengalaman, tapi ini tidak selalu terjadi. Selain itu, siswa dapat peserta didiki sesuatu yang tidak direncanakan, sesuatu yang bahkan bisa berada di kontradiksi untuk tujuan lain. Zais menyarankan, '. . . Perencana dapat dengan mudah menentukan kegiatan pembelajaran sehinga siswa akan terlibat di dalamnya, tetapi mereka hanya bisa berharap bahwa kegiatan ini akan menghasilkan pengalaman yang diinginkan '(1976:352).
A.      Kegiatan Pembelajaran Dalam Proses Kurikulum
Kegiatan belajar dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang ditawarkan kepada peserta didik dalam situasi belajar-mengajar yang dirancang untuk memungkinkan mereka memperoleh isi materi yang ditunjuk dan dengan demikian mencapai tujuan lain yang lebih luas lagi yang terdapat dalam kurikulum. Definisi ini mencakup semua strategi pembelajaran atau instruksional yang direncanakan oleh guru serta metode-metode dimana siswa dapat belajar sendiri dalam konteks ruang kelas atau lingkungan belajar (seperti individualisation, studi lapangan dan karya wisata).
B.       Strategi Belajar-Mengajar
Ada banyak cara dimana seorang guru dapat memfasilitasi belajar di sekolah. Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa berbagai metode penting bagi pembelajaran yang efektif dan karena itu semua guru harus memiliki perbendaharaan strategi belajar-mengajar yang efektif. Sayangnya, ada juga bukti yang menunjukkan bahwa guru menggunakan berbagai strategi yang sempit, meskipun pembelajaran mereka dapat ditingkatkan jika mereka menggunakan metode yang lebih.
Kebutuhan berbagai strategi belajar-mengajar diambil dari berbagai penulis dan peneliti kurikulum pendidik (Zais, 1976; Pratt, 1980; Joyce & Weil, 1992; Brady, 1992; Saylor, Alexander & Lewis, 1981) dan literatur yang mendukung hal ini menunjukkan bahwa terdapat tiga argumen, yaitu:
1.      Tidak semua siswa belajar dengan baik bila strategi yang sama dilakukan. Sebagai contoh, beberapa siswa memilih untuk belajar melalui metode inkuiri, sementara yang lain mendukung pendekatan ekspositoris.
2.      Metode belajar-mengajar tertentu lebih berlaku untuk situasi tertentu. Kuliah, misalnya, tidak sebagaimana mestinya ketika seseorang mencoba untuk mengembangkan konsep diri siswa sebagai kerja kelompok kecil atau tugas individual. Tidak ada strategi yang sesuai, atau tepat, untuk semua konteks pembelajaran.
3.      Tidak ada metode tunggal yang lebih unggul, terutama dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam semua situasi belajar. Metode yang satu mungkin lebih efisien dalam satu situasi, dan dapat menjadi kurang efektif bila di negara lain. Akibatnya, strategi harus dipilih dan disesuaikan dengan tujuan sehingga dapat  efisien dan efektif.
Berikut ini adalah beberapa strategi belajar-mengajar yang lebih signifikan untuk guru di sekolah. Ketika memeriksa setiap kategori metode, mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari setiap pendekatan serta bagian penting di dalamnya. Dengan menggunakan model, atau prosedur yang sesuai, dengan cara pengembang kurikulum harus telah memilih strategi belajar-mengajar yang tepat untuk memenuhi tujuan kurikulum mereka.
Strategi belajar yang dapat dipergunakan dalam aktifitas belajar yaitu:
1.    strategi ekspostori yaitu sebuah strategi yang memperlihatkan arus informasi berlangsung dari sumber belajar kepada siswa
2.    strategi interaktif yaitu strategi yang menghendaki adanya pertukaran antara sumber belajar dengan siswa,
3.    strategi small group teaching yaitu strategi yang menitikberatkan pada partisipasi kelompok,
4.    strategi inquiry teaching yaitu strategi yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah,
5.    strategi individualisation yaitu strategi dengan melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya,
6.    Strategi models of reality yaitu strategi yang menyertakan siswa dalam replikasi pada dunia nyata, juga institusi diluar pendidik dan sejumlah pengalaman belajar.
Mari kita telaah secara singkat masing-masing kategori strategi belajar mengajar dalam hal, contoh-contoh sifat, kelebihan dan kekurangan. Namun perlu dicatat bahwa ini hanyalah sebuah analisis sepintas yang dilakukan untuk membantu pengembang kurikulum agar lebih efektif dalam merekomendasikan kesesuaian antara isi dan kegiatan belajar.
1.    Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi peserta didik secara optimal. Dalam strategi ini materi peserta didik disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi peserta didik seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.
Metode ini melibatkan pengiriman informasi dalam satu arah dari sumber ke peserta didik. Sumber dapat berbentuk (buku, televisi, orang), meskipun umumnya sembar itu adalah seorang guru di kelas. Peserta didik pada dasarnya penerima pasif informasi dalam strategi ini. Contoh umum pembelajaran ekspositori adalah ceramah, demonstrasi, membaca tugas-tugas dan presentasi audio-visual.
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:
a.  Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi peserta didik secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
b. Biasanya materi peserta didik yang disampaikan adalah materi peserta didik yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi peserta didik itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi peserta didik yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.
Efisiensi dan efektivitas sumber daya adalah keunggulan dari pembelajaran ekspositori. Sebuah sumber tunggal, dosen, misalnya, dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk kelompok beberapa ratus/ribu siswa secara bersamaan. Ruang yang tersedia dan tingkat teknologi akan menjadi faktor pengendali.
Namun, pembelajaran ekspositoris memang memiliki banyak keterbatasan juga. Metode ini menekankan perilaku belajar pasif di pihak siswa. penelitian psikologis menunjukkan bahwa metode belajar pasif mungkin relatif efektif sebagai mahasiswa mungkin kurang dekat hubungan dengan material yang akan dipeserta didiki. Demikian pula, eksperimen psikologis juga menunjukkan bahwa tingkat retensi informasi dari sumber-sumber, terutama kuliah, cenderung rendah selama periode waktu. Dan dimana informasi disajikan buruk, pembelajaran ekspositoris sangat menderita dalam hal efektivitas belajar.
a.        Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan peserta didik yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi peserta didik yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi peserta didik, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b.    Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
2)  Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4)  Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Secara keseluruhan, pembelajaran ekspositori sangat efisien dalam hal penggunaan sumber-sumber pembelajaran dan menangani kurikulum, tetapi umumnya kurang efektif dalam hal belajar siswa.
2.      Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif memiliiki kemiripan esensi dasarnya dengan pembelajaran ekspositori, perbedaannya adalah pembelajaran interaktif sengaja didorong adanya interaksi antara peserta didik dan guru. Kadang-kadang dikenal sebagai teknik diskusi atau tanya jawab. Pembelajaran ini menggabungkan unsur keberhasilan pembelajaran ekspositori dengan unsur-unsur interaktif dan umpan balik. Pada dasarnya peserta didik lebih aktif dalam pendekatan ini dan kemampuan berpikir meningkat melalui elemen interaktif.
Kelebihan pembelajaran interaktif biasanya mengatasi sebagian besar kelemahan pembelajaran ekspositori dengan tetap mempertahankan banyak keuntungan yang kedua. Pembelajaran interaktif menggabungkan penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien, pemberian umpan balik langsung, partisipasi peserta didik lebih aktif dan lebih banyak kesempatan untuk perbaikan dan bekerja ekstensi. Kedekatan umpan balik membantu belajar yang efektif dan meningkat ketika dapat dimulai oleh peserta didik dan akibatnya sangat kuat (Hattie, 1992). Dengan demikian kesempatan untuk interaksi guru-peserta didik adalah keuntungan utama dari kategori metode ini.
Metode ini sangat populer di sekolah yang memungkinkan guru kelas tidak hanya untuk mengatasi kebutuhan kurikulum dan untuk meningkatkan belajar siswa, tetapi juga untuk mengontrol murid-murid agar lebih efektif.
Namun, pembelajaran interaktif kurang efektif dalam pemanfaatan sumber daya atau guru. Misalnya, kelompok-kelompok kecil siswa diajarkan di tempat satu dan pada saat yang sama dengan metode ceramah dan karenanya lebih banyak sumber daya-guru, ruangan, media audio-visual- yang diperlukan untuk pembelajaran interaktif. Jika guru memiliki beberapa kelas di subjek yang sama dan pada tingkat yang sama, maka metode pembelajaran interaktif membutuhkan pengulangan. Ini jelas tidak efisiennya penggunaan waktu dan tenaga bahkan jika waktu persiapan tertolong melalui ulangan. Jika pengulangan tidak terjadi maka waktu persiapan yang tinggi juga menguntungkan. Akibatnya pembelajaran interaktif kurang efisien dalam hal sumber daya pembelajaran, untuk tenaga pendidik perlu diimbangi dengan kualitas belajar siswa yang disempurnakan dan sifat interaksi guru dan siswa.

3.      Pembelajaran Kelompok Kecil/Diskusi.
Bagian utama dari strategi ini adalah melibatkan pembagian kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang bekerja relatif bebas untuk mencapai tujuan. Dalam beberapa kasus tugas ini ditujukan melalui prosedur diskusi kelompok. Di sini peran guru berubah dari salah satu pemancar pengetahuan ke koordinator kegiatan dan panduan untuk informasi dan pengolahannya.
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari. Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah dan demonstrasi materi peserta didik sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, maka pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, matari pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri, karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah proses belajar. Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi adalah guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa sub masalah. Setiap kelompok memecahkan sub masalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b.  Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c.  Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b.  Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
d.  Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

4.      Pembelajaran Inkuiri/Pemecahan Masalah.
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi peserta didik tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi peserta didik, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Ciri dari strategi ini adalah bahwa peserta didik secara aktif terlibat dalam menentukan jawaban atas pertanyaan atau masalah pemecahannya. Berbagai strategi penyelidikan yang tersedia dan pendekatan inkuiri dapat digunakan hampir dalam semua situasi belajar-mengajar dan dengan mengajarkan materi subyek permintaan biasanya melibatkan peserta didik dalam empat tahapan kegiatan yang dapat dilakukan relatif bebas, berpasangan atau dalam kelompok yang lebih besar.
a.       Masalah kesadaran: menciptaan keraguan dalam pikiran siswa.
b.      Dugaan sementara membentuk atau solusi yang mungkin untuk masalah atau isu oleh peserta didik.
c.       Penelitian dan pengumpulan data untuk menguji hipotesis tersebut.
d.      Membentuk kesimpulan berdasarkan bukti yang dikumpulkan dan menerima atau menolak hipotesis/kemungkinan solusi.
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.  Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan Mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

5.      Individualisation
Bagian penting dari cakupan pembelajaran individualisation adalah peserta didik menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan dilanjutkan dengan langkah pembelajaran mereka sendiri. Konsentrasi bentuk perubahan belajar dari guru kepada peserta didik, dan pembelajaran yang dilakukan terpisah dari orang lain.
Keuntungan pembelajaran individualisation adalah strategi belajar-mengajar telah menjadi hak hampir seluruhnya. Banyak guru menolak pembelajaran individualisation diperkenalkan ke kelas mereka karena membutuhkan banyak waktu, unsur guru lebih untuk organisasi dan persiapan.
Dalam rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk individualisation. Individualisation merupakan suatu proses, dimana individu mengalami inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Tujuannya adalah:
1.      Dapat mengurangi ketergantungan pada oran lain
2.      Dapat menumbuhkan proses alamiah perkembangan jiwa
3.      Dapat menumbuhkan tanggung jawab pada peserta didik
Berdasarkan hal tersebut pendidik bukan sebagai pihak yang menentukan segala-galanya dalam pembelajaran, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator atau sebagai teman peserta didik dalam memenuhi kebutuhan belajar mereka. Banyak faktor yang mempengaruhi untuk tumbuhnya belajar individualisation, yaitu:
1.      Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar, belajar pada dasarnya tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan usia
2.      Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif, seseorang yang memiliki konsep diri berarti senantiasa mempersepsi secara positif mengenai belajar dan selalu mengupayakan hasil belajar yang baik
3.      Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar, inisiatif merupakan dorongan yang muncul dari diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh orang lain, seseorang yang memiliki inisiatif untuk belajar tidak perlu dirangsang untuk belajar.
4.      Memiliki kecintaan terhadap belajar, menjadikan belajar sebagai bagian dari kehidupan manusia dimulai dari timbulnya kesadaran, keakraban dan kecintaan terhadap belajar.
5.      Kreativitas. Ciri perilaku kreatif yang dimiliki seseorang diantaranya dinamis, berani, banyak akal, kerja keras dan bebas. Bagi seseorang yang kreatif, tidak akan kuatir atau takut melakukan sesuatu sepanjang yang dilakukannya mengandung makna.
6.      Memiliki orientasi ke masa depan seseorang yang memiliki orientasi ke masa depan akan memandang bahwa masa depan bukan suatu yang mengandung ketidakpastian.
7.      Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan masalah.
Dalam rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk individualisation. Individualisation merupakan suatu proses, dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Dalam pembelajaran mandiri menekankan pada keaktifan peserta didik yang lebih bersifat student centered bukan teacher centered sehingga pendidik lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan teman (partner).
Pendidik yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidik yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidik harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidik tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipeserta didiki di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
6.    Model Realitas
Cara alternatif untuk memfasilitasi belajar yang efektif dalam diri siswa adalah dengan melibatkan mereka dalam belajar situasi yang ada sebagai kehidupan nyata mungkin. Kadang kala siswa lebih senang untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan dalam 'kehidupan nyata' (seperti pengalaman kerja), tetapi untuk banyak alasan pilihan ini sering tidak tersedia di sekolah. Namun kebanyakan siswa akan mempelajari hal-hal tertentu yang sangat efektif jika dapat mengekspos mereka untuk belajar kegiatan kehidupan. Dalam situasi ini kita perlu meniru dunia nyata dengan menciptakan model-model bagian yang menonjol dari dunia itu, yaitu membuat model realitas. Simulasi, model fisik, permainan dan bermain peran adalah contoh dari model ini. Dengan melibatkan siswa dalam pengalaman yang mereka mungkin hadapi di dunia nyata, meskipun disederhanakan untuk tujuan pedagogis, peserta didik memiliki kesempatan untuk mendapatkan pemahaman yang kuat terhadap situasi.



Contoh model realitas (lihat gambar 8.1) terdiri dari simulasi fisik (simulator penerbangan, ekonomi dapur rumah) melalui model bekerja (mengajar praktek) melalui permainan simulasi (Monopoli, Starpower) untuk bermain peran latihan dari berbagai bentuk (mungkin siswa terlibat dalam latihan diskriminasi rasial sehingga mereka merasakan apa rasanya didiskriminasi).
Gambar 8.1 juga memperlihatkan berbagai model realitas, mulai dari kenyataan yang tinggi, berbasis model fisik dengan realitas yang rendah, model abstrak, yang tersedia untuk guru. Dalam model-model yang memiliki realitas tinggi terstruktur dalam diri mereka, siswa belajar dalam situasi yang sedekat mungkin dengan situasi kehidupan nyata atau konteks.
Model realitas yang sangat kuat strategi belajar dan mereka banyak keuntungan. Ditangani dengan baik, mereka melibatkan peserta didik secara menyeluruh dalam situasi yang bersangkutan, dan dengan mencoba untuk menangani dengan realitas siswa belajar efektif. Model realitas juga menyediakan situasi belajar yang sering sulit dipahami dengan cara lain. Pembelajaran nilai-nilai di kelas, belajar cara memasak spons benar atau bagaimana mengarahkan kapal tanker super sulit untuk dicapai secara efektif dengan ceramah, diskusi dan sebagainya. Untuk beberapa bentuk belajar menjadi efektif, mahasiswa harus belajar dengan dilakukan.
Namun kerugian dari replikasi kenyataan bagi banyak siswa di sekolah-sekolah, model realitas hampir tidak diketahui strategi belajar-mengajar. Guru sering tidak mempekerjakan mereka karena mereka sangat menyita waktu, efektivitas peserta didik dipertanyakan dalam mencapai tujuan kurikulum, memerlukan persiapan guru dan guru besar, biasanya mengubah prosedur standar kelas. Akibatnya banyak siswa yang memiliki sedikit model realitas, dan ketika mereka melakukannya, mereka sering bertindak secara tidak tepat.
Sedangkan untuk situasi pelatihan banyak strategi-strategi ini sangat penting (misalnya, dek-penerbangan dan simulator kabin merupakan bagian penting dari pelatihan penerbangan sebelum awak dan petugas mengambil ke udara), di sekolah mereka dianggap lebih sebagai opsional dan tentunya sebagai mahal dan karenanya bekerja jarang. jadwal sekolah sering tidak memungkinkan untuk peran-bermain dan simulasi terjadi (biasanya sulit untuk memulai dan menghentikan simulasi dalam jangka waktu 40-meit) dan banyak guru yang tidak menyadari bagaimana melakukan strategi ini efektif. Akibatnya model realitas tetap, di sekolah, salah satu yang paling kurang dimanfaatkan, namun efektif, belajar-mengajar strategi yang tersedia.
Strategi Belajar-Mengajar yang Lain
Beberapa penulis membedakan praktek/latihan sebagai strategi terpisah (Saylor et 1981 al.t; Marsh, 1986), walaupun mereka mungkin dianggap satu  metode penguatan dari strategi pembelajaran. Setelah seorang siswa telah belajar sesuatu melalui salah satu dari strategi di atas, dapat dianggap mampu untuk memperkuat belajar melalui praktek/latihan. Hal yang penting di sini adalah bahwa belajar biasanya diperoleh di tempat lain dan praktek atau latihan berfungsi untuk mengkonsolidasikan belajar. Di sekolah, praktek dan latihan secara terus menerus digunakan dalam pelajaran seperti matematika, pendidik jasmani, tari dan sebagainya.

Gambar 8.2-Pembelajaran strategi belajar

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
1.         Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
2.         Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.
3.         Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode Drill.
1.         Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
2.         Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mulakurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
3.         Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4.         Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5.         Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial dan berguna.
C.      Kriteria Untuk Memilih Kegiatan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode yang telah ditemukan oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran Bagaimana memilih salah satu kegiatan dari model pembelajaran yang tepat? strategi belajar-mengajar apakah yang dimasukkan dalam kurikulum? Jelas tidak semua kegiatan diperlakukan untuk semua situasi pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama temen, simulasi karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain, masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Beberapa penulis telah mengemukakan kriteria untuk tujuan memilih metode yang tepat dalam situasi sekolah. McNeil (1985) berpendapat mencakup kriteria filosofis, kriteria psikologis, kriteria teknologi, kriteria dari kelompok penekan dan kepraktisan sebagai kriteria dalam prosedur untuk memilih strategi belajar-mengajar. Sementara kriteria ini sangat berharga, beberapa dari mereka tidak memiliki aplikasi praktis langsung untuk kurikulum sekolah. Zais (1976:355-64) bertujuan yang disarankan, tujuan dan sasaran; komitmen yayasan; isi materi, dan pengalaman siswa sebagai kriteria yang sesuai. Brady (1992), berpendapat untuk kriteria seleksi menyertakan berbagai ruang lingkup, validitas, kesesuaian dan relevansi sebagai sarana yang digunakan untuk menilai kegiatan belajar.

Ketika memilih kriteria mungkin berguna untuk menggunakan 'prinsip-prinsip belajar' Wheeler. Teori Belajar dapat memberikan wawasan tentang bagaimana siswa belajar karena akan membantu mencocokkan kegiatan pembelajaran yang tepat. Namun, kesepakatan lebih mungkin antara pendidik atas prinsip-prinsip belajar dengan teori belajar. 'prinsip belajar' Wheeler di bawah ini mencakup (1967:130):
1.      Belajar adalah proses aktif di mana siswa harus dilibatkan.
2.      Hasil belajar lebih efektif jika peserta aktif, peserta didik memahami apa yang ia pelajari.
3.      Belajar sangat dipengaruhi oleh individu, tujuan,  nilai-nilai dan motif.
4.      Seringnya mengulang respon terhadap situasi kelas sangat penting dalam pembelajaran keterampilan.
5.      Penguatan menunjukkan pembelajaran. Umpan balik kognitif yang paling efektif jika waktu minimal.
6.      Semakain luas pengalaman yang disampaikan kepada peserta didik, semakin besar kemungkinan generalisasi dan diskriminasi yang terjadi.
7.      Perilaku adalah fungsi dari persepsi pembelajar.
8.      Situasi serupa mungkin menimbulkan reaksi yang berbeda dari peserta didik yang berbeda.
9.      Sementara transfer yang terjadi, biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan orang berpikir. Apa yang biasanya ada mungkin dimasukkan ke persamaan antara tugas-tugas yang ada. Kedua persamaan antara situasi dan kemungkinan transfer harus ditunjukkan secara khusus.
10.  Suasana grup mempengaruhi belajar, baik produk dan kepuasan yang masih harus dibayar.
11.  Perbedaan individu mempengaruhi belajar. Perbedaan tersebut baik biogenik dan sosial budaya.
12.  Semua pembelajaran adalah multi/ganda. Walaupun mungkin fokus pada satu hasil tertentu (yang diinginkan) pembelajaran lainnya berlangsung secara simultan.
Dengan prinsip-prinsip ini, apakah yang sering digunakan untuk memilih kegiatan pembelajaran yang tepat? Gambar 8.3 menunjukkan bahwa prosedur 'menyaring' sangat membantu guru untuk mencari, memilih strategi belajar-mengajar yang paling efektif untuk pengembangan kurikulum dan pembelajaran isi materi kurikulum dalam kelas mereka. Dalam model ini, proses tersaring melalui empat tingkatan dalam konteks yang lebih luas dari konsepsi kurikulum yang disukai oleh pengembang kurikulum.
Gambar 8.3 Pemilihan Kegiatan Pembelajaran

Tujuan

Pembelajar

Sumber Daya

Kendala

Gambar 8.3 menunjukkan empat kriteria yang dapat digunakan pengembang kurikulum yang dapat melayani fungsi penyaringan melalui berbagai kegiatan belajar dalam menentukan yang paling tepat untuk kurikulum. Selanjutnya, guru mungkin ingin menerapkan kriteria yang sama untuk kurikulum bila diterapkan dalam konteks tertentu.
1.      Tujuan
Hambatan pertama adalah untuk menentukan apakah mereka bisa mencapai tujuan. Banyak kegiatan belajar yang tersedia untuk para pengembang kurikulum dan guru dalam memilih tetapi hanya sedikit yang cocok untuk memfasilitasi tujuan kurikulum. Jadi yang pertama adalah untuk menentukan apakah kegiatan belajar mungkin dapat mencapai tujuan kurikulum.
2.  Pembelajar
Setelah membatasi berbagai metode potensial bagi mereka yang memenuhi kebutuhan tujuan kurikulum, penting bagi pengembang kurikulum untuk mempertimbangkan karakteristik siswa yang terlibat, yaitu, kepentingan siswa, kemampuan dan tingkat perkembangan. Di satu sisi kriteria ini sudah akan telah dipertimbangkan ketika tujuan itu sendiri diputuskan
3.      Sumber Daya
Setelah mempertimbangkan sifat tujuan kurikulum dan karakteristik peserta didik, pengembang kurikulum dan guru harus menerapkan kriteria ketersediaan sumber daya. Beberapa metode akan membutuhkan akses ke perangkat keras (misalnya, proyektor film, komputer, tape-recorders) dan perangkat lunak (misalnya, film, program komputer, kaset). Tapi apakah sumber daya tersebut ada dan apakah mereka tersedia pada waktu yang dibutuhkan?
4.      Kendala lain mungkin pengakuan dari guru akan keterbatasannya sendiri. Sebagai contoh, beberapa guru mungkin merasa tidak nyaman dengan kebisingan yang dihasilkan oleh diskusi kelompok dan simulasi, atau tampak kekacauan yang dihasilkan dari mondar-mandir individual. Ini, tentu saja semakin mengurangi pilihan metode yang sesuai yang tersedia untuk tujuan tertentu.
Kendala lain yang harus dipertimbangkan ketika memilih kegiatan belajar di sekolah pengaturan meliputi:
a.    Ketersediaan keuangan.
b.    Ketersediaan staf (misalnya, untuk team teaching)
c.    Kebijakan sekolah.
d.   Pusat organisasi kebijakan

D.      Mengorganisir Kegiatan Belajar
Penelitian atau tulisan kecil tersedia dalam bidang kurikulum yang berhubungan dengan masalah pengorganisasian atau penataan kegiatan belajar. Tiga kriteria yang diusulkan oleh Tyler (1949) untuk mengorganisasikan kegiatan belajar. Kriteria ini berguna untuk pengembang kurikulum dalam mempertimbangkan perencanaan dan bagi guru untuk memasukkan dalam praktek mereka.
1.         Kontinuitas (kesinambungan)
Tyler (1949) kontinuitas didefinisikan sebagai Prinsip Kesinambungan yang maksudnya adalah objektif atau isi kandungan yang penting hendaklah sentiasa diulang dan diajarkan secara berkesinambungan dan menyeluruh.
2.         Urutan
Konsep ini merupakan perluasan dari kontinuitas. Urutan mengharuskan bahwa aktivitas tidak hanya diulang, tetapi juga bahwa itu berkembang dari yang sederhana sampai yang kompleks. Taba (1962:296) menjelaskan hal ini sebagai ’belajar kumulatif'.
3.    Integrasi
Integrasi adalah menekankan agar pengalaman pembelajaran dihubungkan antara satu sama lain supaya pembelajaran lebih bermakna dan menyeluruh.
E.       Ringkasan
Kegiatan belajar meliputi kegiatan khusus yang ditawarkan kepada peserta didik yang akan memungkinkan mereka untuk memahami isi kurikulum dan sehingga mencapai tujuan lain.
Berbagai macam kegiatan, terutama metode mengajar, harus tersedia dan harus digunakan dengan tepat. Pengembang kurikulum harus merekomendasikan penggunaan berbagai aktivitas belajar yang konsisten dengan tujuan dan isi materi. Strategi belajar-mengajar meliputi:
1.    strategi ekspostori yaitu sebuah strategi yang memperlihatkan arus informasi berlangsung dari sumber belajar kepada siswa
2.    strategi interaktif yaitu strategi yang menghendaki adanya pertukaran antara sumber belajar dengan siswa,
3.    strategi small group teaching yaitu strategi yang menitikberatkan pada partisipasi kelompok,
4.    strategi inquiry teaching yaitu strategi yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah,
5.    strategi individualisation yaitu strategi dengan melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya,
6.    Strategi models of reality yaitu strategi yang menyertakan siswa dalam replikasi pada dunia nyata, juga institusi diluar pendidik dan sejumlah pengalaman belajar.
Sebuah model untuk pemilihan kegiatan pembelajaran yang diganggap tepat dalam urutan hirarkis.
a.    Tujuan.
b.    Peserta didik.
c.    Ketersediaan Sumber Daya.
d.   Kendala.
Organisasi kegiatan belajar, seperti isi materi, memiliki beberapa pedoman berdasarkan penelitian dan dalam literatur. Beberapa saran termasuk penataan kegiatan belajar menurut kontinuitas, urutan dan integrasi.



DAFTAR BACAAN

Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito

Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London

Print, Murray. 1993.  Curriculum Development and Design. Second Edition Australia: Allen & Unwin Pty Ltd

Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.