Kecamatan Perwakilan MARGA SEKAMPUNG, terdapat sebuah vihara yang kondisinya cukup memprihatinkan dengan nama Dharmasasana. Vihara ini punya sejarah, seorang samanera (calon Bhikkhu) pernah terlahir disini, namun tidak berselang lama setelah ditahbiskan beliau meninggla karena kecelakaan bersama rombongan Sangha di Jakarta. Untuk menghormati jasa-jasa beliau maka dibuatlah sebuah monumen berupa stupa di depan vihara ini.
Ironis sekali perjuangan seorang samanera dengan kondisi vihara Dharmasasana saat ini. Memang bagunan vihara ini masih kokoh berdiri dengan monument di depannya.
monumen untuk samanera |
"Maafkan kami Samanera, yang tidak mampu menjaga apa yang telah engkau rintis.""Orang yang telah sadar dan meninggalkan kehidupan rumah tangga, tidak lagi terikat pada tempat kediaman. Bagaikan kawanan angsa yang meninggalkan kolam demi kolam. Demikianlah mereka meninggalkan tempat kediaman demi tempat kediaman." (Dhammapada: Arahanta Vagga: 91)
Altar yang seharusnya menjadi tempat dimanakan diletakkan rupang Buddha, Bodhisatta, dan aneka Puja menjadi berbeda dengan seutas tali melintas di antara satu tiang dengan tiang yang lain dengan aneka baju kotor melintang diantaranya.
Bukan saatnya kita membicarakan dan memperdebatkan sekte dan aliran. Menjaga dan merawat mungkin lebih baik dari pada kita membuat yang baru di era sekarang. Siapa yang mau disalahkan, umat, sangha, majelis, pegawai pembimas Buddha? Yang terpenting adalah bukan menambah jumlah tetapi menambah kualitasnya.
Altar Beralih Fungsi |
"Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana; Tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana, sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh (Bala Vagga: 63).
Semoga cerita dan sejarah vihara ini menjadi bahan renungan bagi seluruh umat Buddha di tanah air yang masih eling lan waspodo.
Wahh, Pak Penyuluh harus kerja keras nih....
BalasHapusbukan hanya kerja keras, tapi banting tulang
BalasHapus